Angka Stunting Jember Terbesar di Jawa Timur, Ratusan Bidan Jalani Program Edukasi
loading...
A
A
A
JEMBER - Presiden Jokwi telah mengalokasikan Rp186,4 trilliun atau 5,6 persen untuk sektor kesehatan dalam Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara (APBN) Tahun 2024. Salah satu fokus utamanya adalah mencapai target penurunan prevalensi stunting di Indonesia sebesar 14 persen pada 2024.
Untuk mendorong pencapaian target penurunan stunting tersebut, Dexa Medica berkolaborasi dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI menggelar program Edukasi Bidan dan Intervensi Stunting di Kabupaten Jember, Jawa Timur, pada Jumat (27/10/2023).
Ahli Utama Penyuluh Keluarga Berencana BKKBN Dwi Listyawardani mengemukakan, stunting menjadi permasalahan yang cukup genting. Stunting terjadi akibat asupan nutrisi yang kurang dan bisa juga karena infeksi berulang saat 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
“Stunting menjadi ancaman kualitas generasi muda. Tidak hanya mengalami gangguan pertumbuhan fisik, melainkan juga perkembangan otak yang akan mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah, serta produktivitas dan kreativitas di usia-usia produktif,” papar Dwi Listyawardani yang hadir dalam program Edukasi Bidan dan Intervensi Stunting.
Dwi Listyawardani menambahkan, angka stunting di Karisidenan Besuki yakni Kabupaten Banyuwangi, Bondowoso, Jember, dan Situbondo, ditambah Lumajang dan Probolinggo, masih cukup tinggi.
“Persoalannya di Jawa Timur ini, terutama karena menikah di usia dini. Angkanya di atas 50%,” ujar Dwi Listyawardani.
Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Jawa Timur Lestari mengungkapkan, bersama 38.698 bidan di seluruh Indonesia, pihaknya berkomitmen untuk membantu menurunkan angka stunting dan mengejar target penurunan stunting menjadi 14% pada 2024.
“Kita selalu intervensi. Kita selalu melakukan pendampingan terhadap ibu hamil yang berisiko itu penting sekali. Jadi teman-teman yang ada di lapangan, selalu kita beri support bahwa kalau memang ada pemeriksaan kehamilan mereka berisiko tinggi, kita sudah punya catatan. Tidak hanya itu, sebagai upaya penurunan stunting kami juga memberikan edukasi penyuluhan,” paparnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jember dr. Hendro Soelistijono mengatakan, berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi stunting di Kabupaten Jember tahun 2022 sebesar 34,9%, paling tinggi di Provinsi Jawa Timur.
“Saya berharap kasus stunting di Kabupaten Jember bisa ditekan lagi sehingga bisa mencapai target 14% di tahun 2024,” ujar Hendro.
Untuk mendorong pencapaian target penurunan stunting tersebut, Dexa Medica berkolaborasi dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI menggelar program Edukasi Bidan dan Intervensi Stunting di Kabupaten Jember, Jawa Timur, pada Jumat (27/10/2023).
Ahli Utama Penyuluh Keluarga Berencana BKKBN Dwi Listyawardani mengemukakan, stunting menjadi permasalahan yang cukup genting. Stunting terjadi akibat asupan nutrisi yang kurang dan bisa juga karena infeksi berulang saat 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
“Stunting menjadi ancaman kualitas generasi muda. Tidak hanya mengalami gangguan pertumbuhan fisik, melainkan juga perkembangan otak yang akan mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah, serta produktivitas dan kreativitas di usia-usia produktif,” papar Dwi Listyawardani yang hadir dalam program Edukasi Bidan dan Intervensi Stunting.
Dwi Listyawardani menambahkan, angka stunting di Karisidenan Besuki yakni Kabupaten Banyuwangi, Bondowoso, Jember, dan Situbondo, ditambah Lumajang dan Probolinggo, masih cukup tinggi.
“Persoalannya di Jawa Timur ini, terutama karena menikah di usia dini. Angkanya di atas 50%,” ujar Dwi Listyawardani.
Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Jawa Timur Lestari mengungkapkan, bersama 38.698 bidan di seluruh Indonesia, pihaknya berkomitmen untuk membantu menurunkan angka stunting dan mengejar target penurunan stunting menjadi 14% pada 2024.
“Kita selalu intervensi. Kita selalu melakukan pendampingan terhadap ibu hamil yang berisiko itu penting sekali. Jadi teman-teman yang ada di lapangan, selalu kita beri support bahwa kalau memang ada pemeriksaan kehamilan mereka berisiko tinggi, kita sudah punya catatan. Tidak hanya itu, sebagai upaya penurunan stunting kami juga memberikan edukasi penyuluhan,” paparnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jember dr. Hendro Soelistijono mengatakan, berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi stunting di Kabupaten Jember tahun 2022 sebesar 34,9%, paling tinggi di Provinsi Jawa Timur.
“Saya berharap kasus stunting di Kabupaten Jember bisa ditekan lagi sehingga bisa mencapai target 14% di tahun 2024,” ujar Hendro.